Kamis, 07 Mei 2015

Larangan Berputus Asa

Larangan Berputus Asa. Kawan yang berbahagia. Hidup ini kadang tak semulus yang kita harapkan. Karena ibarat Roda Kehidupan yang selalu berputar. Kadang kita semangat dan  bahagia namun juga kadang kita merasa putus asa.
Tentunya kita semua tidak menginginkan keputusasaan hinggap pada diri kita, bukan?
Karena itu pula, Allah SWT melarang orang-orang yang beriman berputus asa dari rahmat Allah. Misalnya
, Allah berfirman: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir (QS. Yusuf ayat 87).
Atau firman-Nya: Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Az-Zumar ayat 53).
Menurut AN. Ubaedy, Allah SWT melarang berputus asa, karena manusia bisa mudah tenggelam dalam keputusasaan apabila otaknya hanya digunakan untuk melihat kehidupan dari hal-hal yang nyata saja (materi dengan berbagai simbolnya, duniawi dengan berbagai maknanya).
Karena itu, pengajar tamu, fasilitator, dan pembicara tentang keagamaan dan pengembangan SDM di beberapa perusahaan, forum pelatihan, seminar, lembaga pendidikan, dan publik itu menyatakan, bahwa Al-Qur’an di halaman pertama menegaskan pentingnya beriman pada yang gaib. Gaib di sini, imbuh Ubaedy, termasuk nilai, ajaran, makna, balasan Allah, dan seterusnya.
Begitu seseorang gagal, misalnya, lalu yang dilakukan hanya merasakan pahitnya kegagalan (materi dan duniawi), pasti dia akan cepat putus asa. Tapi, jika seseorang juga berpikir mengenai balasan Allah, mengenai hikmah, dan lain-lain, maka jiwanya tidak mudah putus asa.
Seseorang, tegas Ubaedy, juga akan mudah putus asa jika harapannya hanya digantungkan pada kenyataan hari ini, misalnya miskin, serba kurang, tidak punya resource, dan lain-lain. Karena itu, Al-Qur’an menyuruh bahwa hanya kepada Tuhanlah manusia menggantungkan harapan. Maksudnya, urai Ubaedy, yakinilah sunnatullah, yakinilah balasan Allah, jalankan perintah Allah, dan seterusnya. Itulah, kata Ubaedy, makna dari ayat wailaaa rabbika farghab (QS. Alam Nasyrah ayat  itu.
Jadi, putus asa itu bukanlah sifat orang beriman. Bahwa semua orang yang terbukti sanggup meraih prestasi di bidangnya dengan serangkaian perjuangan yang dilakukannya, sebetulnya mereka telah beriman meski itu tidak ia katakan.
Sebaliknya, banyak orang yang hafal rukun iman, tetapi langkah hidupnya gampang digoyang oleh kenyataan. Iman demikian tak akan sanggup menghasilkan keamanan dalam jiwa (personal security).
Semoga Bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar