Sebagai contoh, tak sedikit orang tua mengalami
kesulitan dalam mengajarkan shalat pada anak, padahal, shalat merupakan hal
yang
wajib di ajarkan pada anak sejak dari
dalam kandungan. Sebenarnya mengajarkan shalat pada anak akan pentingnya shalat sudah di
mulai sejak dari janin. Ibu yang senantiasa menjaga wudhu dan shalatnya pada
saat dia hamil berarti telah mengenalkan shalat kepada janinnya. Makna bacaan
shalat akan terekam dan akan memberikan pengaruh positif bagi si janin.
Mau seperti apa anak kita, penanaman hal-hal yang
kita inginkan dimulai dari dalam kandungan. Tentu kita masih ingat seoramg anak
berusia 7 tahun penghafal Al-Quran. Kenapa bisa? Ya, karena ibunya sejak si
anak masih dalam kandungan selalu
membaca Al-Quran setiap saat. Ada juga seorang anak yang sudah mahir memainkan
tuts piano pada saat umur 5 tahun.
Setelah ditanya kepada ibunya, ternyata dia pada saat hamil hamper setiap hari
mempergunakan waktu luangnya dengan memainkan piano. Apa jadinya kalau ibu yang
lagi hamil, sering bergosip, menonton sinetron atau sering bertengkar dengan
suaminya???
Dari Sejak Dini
Ketika anak memasuki usia sekolah, yaitu sekitar 7 tahun, maka mulailah
anak siap untuk memasuki masa untuk mempelajari tata cara shalat yang benar.
Seperti yang di jelaskan Rasulullah, “Ajarilah anakmu shalat saat usia 7
tahun.”
Beberapa cara yang dapat dilakukan pada fase ini,
yaitu mangajarkan rukun-rukun shalat melalui pendekatan praktek langsung.
Misalnya pada waktu-waktu shalat orangtua mengajak anak langsung untuk melakukan shalat dengan bimbingan.
Mulai dari tata cara thaharah dan berwudhu pada anak, bagaimana membentuk
barisan, shaft-shaft pada shalat di ikuti dengan praktek shalat yang benar
serta menghafalkan doa-doa secara bertahap.
Ketika berusia 10 tahun anak juga belum mau mengikuti
perintah shalat, maka diriwayatkan Al-Imam Abu Dawud disebutkan bahwa Nabi SAW
bersabda,”Suruhlah anak-anak kalian untuk shalat ketika berumur 7 tahun dan
jika telah berumur 10 tahun, namun tidak mau mengerjakan shalat maka pukullah.”
Ungkapan ini perlu dimaknai dengan berhati-hati, karena makna ‘pukullah’ di
sini tentu bukan melakukan hukuman dengan kekerasan fisik yang menyakitkan dan
melukai anak tetapi bahwa orang tua harus menunjukkan ketidak-senangan dan
konsekuensi yang sangat tegas saat anak menolak shalat.
Penghargaan
Setiap pencapaian anak dalam belajar shalat merupakan
prestasi baginya, selayaknyalah kita orangtumya memberikan penghargaan.
Penghargaan tidak hanya diberikan saat prestasi akademik formal, tetapi
hendaknya penghargaan diberikan ketika anak mengerjakan shalat lima waktu atau
mampu membaca ayat-ayat Al-Quran.
Penghargaan sebagai bentuk ekspresi agar anak
mengetahui bahwa hal tersebut memang benar-benar prestasi membanggakan
sekaligus membahagiakan orang tuanya. Penghargaan dari orang tua pun akan
menumbuhkan sikap menghargai. Jika orangtua menghargai prestasi anak dalam
ibadah maka anak pun mengharai ibadah itu. Penghargaan tidak selalu dalam
bentuk barang, tetapi dengan ucapan terima kasih, pelukan ciuman, belaian yang
diberikan sesudah anak mengerjakan shalat juga merupakan penghargaan yang tidak
dapat diukur dengan materi.
Bagi anak-anak guru yang
paling baik itu adalah contoh yang benar dari kita orangtunya.
Wallahualam bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar